HOMESCHOOLER Mom

Foto saya
a mom of homeschool twinnies (boy and girl), an ex architect, a lecturer, a crafter, and a children book's author and illustrator. loves drawing, crafting, illustrating, making pretty things..

Hi there...

Thanks so much for taking time out of your day to stop by my little space! i am happy to share my daily activities (homeschooling, green living, writing, ilustrating & crafting) and hope you enjoy it...

-Dini-

dkwardhani@yahoo.com



Selasa, 30 Desember 2014

Membuat LAPBOOK ala Adit dan Keni

(bisa untuk mengisi liburan, atau bisa juga untuk sehari-hari)
Alhamdulillah setelah mengenal "Home Education" jadi melek beberapa metode belajar yang digunakan terutama oleh kegiatan "Home Schooling" salah satunya adalah LAPBOOK  mesikpun kami tidak atau belum berHS tapi bagi kami metode belajar yang digunakan dalam HS sangatlah pas untuk anak-anak. Justru mungkin sekolah bisa mengadopsi metode belajar dengan Lapbook ini.
Kegiatan belajar menggunakan lapbook adalah semacam proyek kecil yang mengintegrasikan sebuah tema tertentu yang dipilih. Lapbook adalah salah satu cara mendokumentasi kegiatan tematik. Kegiatan ini sangat menyenangkan, terutama untuk anak-anak yang lebih cenderung visual dan spasial karena belajar dengan media gambar, ketrampilan, dan terlibat langsung dengan sebuah proyek yang dipelajarinya. (source Rumah Inspirasi)
Cara membuat Lapbook sederhana :
1. Siapkan kertas sebagai alas (bisa karton semacam manila dibagi 2, bisa juga map kertas tebal).
2. Siapkan materi tematik yang akan dimasukkan dalam lapbook.
Sebenarnya tidak perlu beli atau mencari bahan-bahan lapbook khusus karena bisa membuat klipping atau kolase dari bahan yang ada atau googling saja. Untuk yang baru pertama mencoba bisa coba free template di 

3. Anak-anak yang pertama kali membuat lapbook pasti akan kebingungan, jadi mereka awalnya perlu dibantu atau didampingi. Lapbook sendiri yang saya pahami memang berbentuk seperti klipping/ kolase, dimana ia terdiri dari beberapa mini books (bentuknya bisa folded, flap, pocket, wheel dll), gambar, puisi, diagram dll.

4. Sesuaikan dengan usia, contoh-contoh lapbook di youtube maupun di blog-blog para homescholler luar biasa banyak namun perlu disesuaikan dengan pemahaman anak.
5. Mulai dari hal-hal yang mereka minati. Adit suka cuaca dan mesin, setelah ini mau coba tentang roket dan planet. Keni suka hewan dan belanja.

6. Biarkan anak-anak berimprovisasi dengan menggambar atau mewarna di bagian yang mereka sukai.


7. Anak-anak bisa juga melakukan riset kecil-kecilan saat mengisi/membuat lapbook, misalkan mengamati atau membaca dari ensiklopedi baru kemudian di rangkum sendiri.


8. Setelah Lapbook jadi, mintalah anak untuk mempresentasikan isinya, jika mungkin sebaiknya direkam (*next project).

9. Tunjukkan hasil karya anak ke sekolah, jika memungkinkan ajak sekolah membuat proyek lapbook kecil-kecilan di sekolah. Dan usulkan agar anak-anak bisa mempresentasikan tema lapbook mereka.

*Nasehat untuk diri sendiri : berorientasilah pada proses bukan pada hasil

Cara pembuatan lapbook sederhana saja, yang penting ada sebuah karton besar sebagai "alas" bagi berbagai informasi yang ingin dicantumkan. Semacam kliping, namun tidak terbatas hanya dari potongan berita atau foto saja, bisa ditempelkan juga berbagai craft, origami, komik buatan sendiri, dengan diberi hiasan-hiasan yang menarik dan setema. (source: Klub Sinau)
Untuk membaca lebih jauh tentang lapbook bisa kehttp://www.handsofachild.com/lapbooking/

Salam dan selamat berkreasi dengan Lapbook 

Sabtu, 13 Desember 2014

Aturan Main di Rumah ala Adit dan Keni

Selesai rapat keluarga, adit dan keni menuliskan kesepakatan tentang aturan main di rumah... Adit dan keni terlibat langsung dalam menentukan apa saja yang menjadi aturan sederhana di rumah. Alhamdulillah sedikit demi sedikit terpenuhi.


  1. Membuat aturan main ini cukup mudah:
  2. Ajak anak terlibat dalam rapat keluarg, dengarkan pendapat mereka. Anak bukan objek, mereka adalah subjek :)
  3. Beri pilihan aturan apa saja yang akan dituliskan.
  4. Susun skala prioritas mana yang aturan terpenting di rumah atau yang urgent untuk dilakukan, ngga mungkin juga semua terpenuhi... mereka perlu belajar aturan main secara bertahap.
  5. Buat sesederhana mungkin dan tak perlu muluk-muluk, yang penting anak bisa melakukan.
  6. Setiap peraturan merupakan kesepakatan bersama (tetap dihandle orang tua), beri apresiasi dan juga terapkan konsekuensi. Konsekuensi pun harus sudah dikomunikasikan terlebih dahulu kepada anak-anak, perlahan beri mereka kesempatan untuk belajar mengenai konsekuensi.
  7. Awalnya pasti akan selalu perlu diingatkan, lama-lama jika sudah menjadi kebiasan bisa ditawarkan atura main yang baru.
  8. Adit dan keni berganti menulis aturan main yang mereka sepakati, sehingga mereka merasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap tulisan mereka :D
  9. Aturan main bukan hanya untuk anak, tapi untuk se-isi rumah termasuh orang tua donk ya.. jangan hanya berharap anak yang diatur, tapi orang tua juga harus ikut aturan main. Jika tidak anak akan merasa itu tidak adil.
  10. Kuncinya di konsistensi :D jika orang tua melanggar anak juga boleh mengingatkan.
  11. Dengan adanya aturan main, rumah akan lebih aman terkendali :)), anak belajar bertanggung jawab, membentuk kebiasaan dan karakter perilaku yang baik :)
  12. Aturan main bisa ditulis di kertas / papan tulis, ditaruh di tempat-tempat yang mudah terlihat/terbaca.

Salam 



#ibuaditdankeni


Jumat, 12 Desember 2014

Tips Menabung di BANK SAMPAH


-Nabung Sampah di BANK SAMPAH MALANG yuk-
(*boleh juga diberikan ke pemulung atau rombeng.. tergantung sikon)

Ah, ternyata memilah sampah rumah itu mudah 
Gimana ya mulainya? Nah, cara menyiasatinya mudah saja :
1. Kami menggunakan kresek besar yang dicantolkan di dinding dapur (tentu ada beberapa buah) atau bisa juga menggunakan kardus bekas seperti foto.
2. Jumlah kardus/kreseknya sesuai dengan jenis sampah. Di rumah biasanya memilah menjadi sampah kertas dan dus, botol minum, plastik, lain-lain.
3. Tiap ada sampah kering, cemplungin aja ke kresek/kardus. Kadang kreseknya jadi satu supaya ngga mikir  baru dipilah kalau sudah terkumpul banyak, asal sama-sama kering.
4. Hari Sabtu kami cek kembali, siapa tahu ada sampah yang tercampur. Kami bereskan agar siap dibawa ke Bank Sampah.
5. Ke Bank Sampah cukup sebulan sekali saja.




Semakin detail pemilahannya, semakin tinggi nilai sampahnya. Di Bank Sampah ada kategori sampah kertas campur dan plastik campur, harga perkilonya lebih rendah karena belum terpilah dengan baik pokoknya semua kertas jadi satu. Kalau lebih detail milahnya misalkan hvs saja, botol saja, majalah saja akan lebih tinggi harga per kilonya.


*baru 3x setor ke Bank Sampah sudah nabung 125.000 dari sampah... Horeeee 

*biasanya rombeng/pemulung ngga mau menerima semua sampah kering, hebatnya Bank Sampah Malang bisa menerima 80-an jenis sampah lhoo 

#ibuaditdankeni


Kamis, 11 Desember 2014

Tips Suka Membaca ala Adit dan Keni

Beberapa kali saya mendapat pertanyaan gimana sih biar anak suka baca? 




Alhamdulillah... Adit dan Keni termasuk anak yang gemar buku, mereka akan membaca buku dimana saja, kapan saja (saat menunggu jemputan, saat nginep di rumah Eyang, saat menunggu makan malam dll). Adit dan Keni sudah suka buku sebelum mereka bisa membaca. Bahkan mereka tertarik belajar membaca karena ingin bisa membaca sendiri buku-buku yang ada di rumah.

Ini adalah sedikit pengalaman yang bisa saya bagi:

1. Awalnya harus menumbuhkan minat dulu sejak usia dini, dengan cara memperkenalkan berbagai jenis buku. Jaman anak-anak kecil saya perkenalkan beberapa ragam buku (di Indonesia jarang biasanya ini buku import, tapi bisa saja kita pinjam di perpustakaan, beli seken atau bahkan bikin sendiri.) :
- touchbook, buku yang permukaannya bisa diraba - ada kasar halusnya
- softbook, buku dari kain disebut juga buku bantal
- boardbook, buku dari karton tebal
- puzzle book, puzzlenya jika disusun bisa jadi buku
- picbook, buku yang gambarnya lebih dominan dari pada ceritanya
- quite book, buku tanpa teks

2. Tumbuhkan kebutuhan, dengan cara jika adit dan keni ada pertanyaan biasanya mereka akan mencari jawabannya di buku.

3. Tumbuhkan kebiasaan, sehari satu buku atau menjelang tidur satu buku.
- Saya pernah mendatangi sekolah yang mereka punya sesi "Drop every thing and read!" semua murid membawa buku ditaruh di keranjang dan setiap pagi mereka ambil buku yang ada di situ dibaca bergantian.

4. Kondisikan suasana membaca, dengan membuatkan perpustakaan mini atau pojok baca. Buat senyaman mungkin, dengan meja kecil, bantal karya Ibu dan lain-lain. Beri tanggung jawab merawat dan mengembalikan buku sesuai kategorinya.

5. Bapak dan Ibu punya kebiasaan menraktir anak-anak dengan buku, saat wiken atau saat anak-anak sudah melakukan sesuatu yang baik.

6. Ajak ke perpustakaan kota, bazzar, pameran buku dan toko buku 
 *serumah ngga hobby nge-mall :D 

7. Saat belum bisa membaca buku, biasanya mereka memilih satu buku untuk dibacakan sebelum tidur. Esok malamnya, coba minta si kecil untuk menceritakan ulang buku yang sudah dibaca kemarin, biarkan ia berimprovisasi dengan cerita yang sudah dibacanya.

8. Beri apreasiasi atas kesukaannya terhadap buku, bisa berupa pujian, usapan di kepala, pelukan dan yang lainnya.

9. Ngga perlu "esmosi jiwa", jika anak merobek buku, mencoret, atau ketumpahan sesuatu. Saya pun pernah mengalami itu. Jika kita esmosi maka anak akan mengganggap kita jauh lebih sayang buku daripada mereka :D

10. Saran terakhir adalah kurangi TV dan gadget, ini serius hehehehe... bukan steril dari keduanya, tapi yang jelas keduanya menyedot fokus anak, mereka akan sangat suka dan anteng dengan kedua hal tersebut memang dan ini kadang membuat orang tua senang :D karena ngga repot nemenin.

Yang jelas antusiasme terhadap buku itu menular secara alami. Jadi jika ingin anak suka membaca, kuncinya Ibu dan Bapak harus antusias juga terhadap buku-buku dan bacaan.

Sudahkah membaca buku hari ini?

Salam 




Kamis, 04 Desember 2014

Lubang BIOPORI ala Adit dan Keni


(aktivitas anak sederhana untuk menjaga air tanah)


Alhamdulillah musim hujan sudah tiba. Nah, sepertinya sangat cocok jika kita membuat lubang resapan biopori. Adit dan Keni membantu membuat 4 lubang biopori di halaman rumah, we have a lot of fun and dirt :D

Caranya sederhana saja :

1. Gali tanah dengan bor tanah, berdiameter 10 cm dengan kedalaman ideal 80-100 cm (kami hanya sanggup sampai 50 cm sementara ini, karena tanah di halaman lumayan keras)
2. Jika memungkinkan, agar hasil lebih baik masukkan pipa paralon diameter 10 cm agar tanah tidak ambrol.
3. Masukkan daun kering dan sampah basah ke dalam lubang sampai penuh. 
4. Tutup lubang dengan rooster/tutup paralon agar tidak menjadi sarang binatang (tikus).


notes : 

*Sampah akan terurai oleh cacing dan binatang tanah lainnya sehingga membentuk pori-pori di dalam tanah yang berfungsi menyerap air.
*Sampah bisa diisi setiap hari, tanpa perlu dikeluarkan.

Om dan Tante ngga pengen bikin? :D






Membaca Gambar Anak

(tips mengapresiasi gambar anak)

Seperti sudah saya ceritakan di posting sebelumnya kalau Keni suka sekali menggambar dan gambarnya buanyak sekali, di kertas yang terpisah-pisah. Saya awalnya hanya mengumpulkan saja. Lama kelamaan saya perhatikan gambarnya satu persatu... eh ternyata lucu ya.
Mungkin banyak orang tua yang bingung mengapresiasi gambar anak, ya memang lucu tapi selanjutnya apa? paling cuma bisa bilang "Bagus yaa!"


Nah, mari kita lihat. Kira-kira apa sih yang bikin bagus? (lagi-lagi berdasar pengalaman yaaa). Urutan pengamatannya bisa disesuaikan keunikan gambar si anak.

1. Ide.
Yak, ide itu mahaaal. Jika anak bisa memvisualisasikan apa yang ia bayangkan dalam gambar, ia layak dapat apresiasi.

2. Detail.
Kalau saya, yang saya perhatikan adalah detailnya. Keni kalau menggambar detail sekali. Coba lihat, bagaimana Keni menggambar wajah si pensil semua berbeda-beda ekspresinya. Ada yang senang, ada yang alisnya naik, ada yang sedih, nangis dll. Begitu juga saat menggambar api, awan, air dll semua detailnya berbeda. itu pasti butuh waktu dan kesabaran bikin sedetail itu.

3. Warna.
Anak-anak kalau mewarna itu kadang tidak terduga pencampurannya. Keni termasuk yang tidak ragu-ragu memainkan warna.

4. Cerita di balik gambar itu.
Coba deh ditanya, ini gambarnya tentang apa? Anak akan panjang lebar menceritakan apa yang ia gambar. Meskipun gambarnya sederhana, sering kali saya menemukan cerita-cerita yang lucu, unik, dan imajinatif.
contohnya : semut baris itu ada ceritanya lho. Yg depan bu guru semut, muridnya lagi baris antri masuk kelas semut di bawah tanah, semut nomer 2 dari belakang ngantuk karena lama antrinya lucuu bangets denger ceritanya.



5. Komposisi.
Bagaimana anak bisa menguasai bidang gambar, itu bukan hal yang mudah lho.

6. Tarikan garis.
Keni kalau menggambar jarang sekali menghapus. Dia bisa menarik garis dengan pede. Nah, jangan kebanyakan diatur nanti malah merusak mood si anak. (Keni mulai menggambar sejak 2 th)





* Kadang ada anak ngga mau mewarna gambarnya, bukan apa-apa itu karena ia sudah sangat detail saat menggambar hitam putih jadi jangan paksa untuk diwarnai. Cape...katanya.
* Bebaskan saja saat menggambar, jangan sampai karya mereka hanya dua gunung dan sawah saat diajak menggambar bebas.
* Jangan buru-buru mengajak anak untuk ikut lomba, pengalaman saya sendiri gambar Keni ini bukan gambar yang disukai juri-juri lomba, bahkan mungkin gurunya juga, karena tipikal komik bukan gambar lukisan.
* Ibu dan Bapak selalu berusaha menunjukkan full attention, bahwa kami adalah fans Keni no 1 

Oh ya, banyak teori yang mengatakan gambar itu mewakili pribadi/ karakter/ suasana hati anak, saya ingin sekali bisa mempelajari itu. Jika teman-teman ada saran buku atau literatur lain yang bisa saya baca, monggo komen atau inbox saya ya 
Semoga bermanfaat



Belajar Storytelling Seru ala Ibu Adit dan Keni

Nah, karena tidak ada yang mengalahkan serunya cerita Ibu, Bunda, Mama, Ummi menjelang tidur... rasanya perlu juga deh Ibu belajar bagaimana bercerita yang seru dan membangkitkan minat, humor dan rasa ingin tahu anak :D Sedikit sharing nih Adit ngga pernah latihan storytelling, tapi ternyata bisa bercerita di depan teman-temannya karena pernah lihat ibunya siaran live hehehehe... 

Ini hasil belajar dari mengamati dan sedikit praktek, dirangkum deh biar tidak lupa:


  1. Opening harus menarik, kalau perlu anak-anak disapa dulu (yel-yel dulu juga boleh kalau di depan audiens, tapi kalau mau tidur jangan deh nanti malah ngga merem-merem)
  2. Intonasi perlu dimainkan, jangan datar saja. Supaya anak juga ngga bosen, ini cerita lempeng bener yak :D termasuk juga ekspresi.
  3. Dialog-dialog bisa diucapkan dengan suara yang berbeda-beda tergantung tokoh.
  4. Beri efek kejutan. Contohnya cerita Library Lion, ada singa mengaum.. nah ajak anak-anak mencoba mengaum bersama.
  5. Ngga usah lama-lama,cukup 10-15 menit saja. Kelamaan malah bikin mati gaya.
  6. Interaktif, ajak anak untuk menebak, menjawab pertanyaan, atau kalau di depan banyak anak (di ruang publik) bisa ajak anak untuk maju ke depan menyanyi bersama.
  7. Bangun suasana, cerita kan ada yang serem, ada riang, ada yang lucu.
  8. Penutup, buat penutup yang manis dan berkesan. Jika perlu rangkum kembali cerita tadi dan ajak anak membuat kesimpulan.
  9. Jangan lupa sense of humor, melucu itu bikin awet muda lho mom :D. tertawalah bersama anak-anak, rasakan bahwa hal itu bisa membuat kita bahagia.
  10. Jangan malu, karena storytelling bisa menciptakan bonding orang tua dan anak.
  11. Jika diperlukan bisa juga menggunakan alat peraga, semisal wayang, boneka tangan atau storytelling cards.

Beberapa link berikut bisa jadi referensi serunya storytelling :) 

Yuk, sempatkan 10 menit untuk bercerita :) dan lihat deh hasilnya... *kaya iklan :D
http://www.storylineonline.net/library-lion/https://www.youtube.com/watch?v=cREyQJO9EPshttp://www.kamishibai.com/http://capungmungil.blogspot.com/2014/10/story-telling-kisah-kota-kita.html
*Ibu sebetulnya bukan pendongeng. Hanya karena anak-anak sering minta dibacakan cerita tidak lantas Ibu jadi lanyah kalau bercerita :D. Pernah diminta mendongeng di ruang publik (taman kota) tidak serta merta menjadikan Ibu pendongeng yang baik  :)) tetep masih terus belajar.


Belajar Qur'an ala Adit dan Keni

Beberapa waktu lalu ibu ikut seminar "Alhamdulillah Balitaku Khatam Al Qur'an" oleh Dr. Sarmini. 

Sebagai orang awam, ibu ingin mencoba menerapkan ilmu yang didapat dari penjelasan dan buku Dr. Sarmini. Adit dan Keni (6th) bukan besar di lingkungan santri, Ibu juga bukan ustazah apalagi hafizah :D tapi kami coba sedikit demi sedikit untuk mengikuti apa yang diajarkan dalam buku tersebut. Adit dan Keni juga bukan Musa atau anak-anak dalam acara Hafiz Indonesia hehehe... tapi alhamdulillah progressnya lumayan banget karena anak-anak belajar secara mandiri sama ibu dan setor seminggu sekali ke guru ngajinya :D

Nah, ini adalah sedikit rangkumannya (dari seminar)... semoga bermanfaat juga bagi yang ingin menerapkan :
  1. Niat yang kuat, baik si ibu (pendampingnya) maupun si anak. Awalnya sulit juga membuat anak-anak punya niat kuat utk hafalan atau membaca qur'an. Ternyata Keni suka sekali melihat putri Dr. Sarmini memakai baju princess muslimah saat khataman, jadilah itu menjadi salah satu motivasi dan semangatnya. 
  2. Dimulai dengan yang mudah. Baik hafalan maupun bacaan, supaya anak merasa mampu dan bisa.
  3. Dimulai dari apa yang anak-anak sudah mampu, tak perlu dipaksakan karena bisa jadi anak tidak mampu karena faktor fisiologis (misalkan lidahnya)
  4. Nah, yang susah harus dipermudah, misalkan mengucap huruf jangan perkenalkan nama huruf tapi langsung ajarkan bunyi suku katanya (a ba ta, bukan alif ba ta'), mengenal bunyi huruf juga harus dari yang mudah tidak perlu selalu mengikuti urutan huruf yang biasanya digunakan.
  5. Yang lebih susah harus dikondisikan dan suasana hatinya disenangkan. Kemas belajar Qu'ran itu senang agar menjadi kenangan indah buat si anak. Misalkan ajak baca Qur'an di taman, baca sambil digendong.
  6. Hargai prosesnya, jangan hanya lihat hasilnya. Puji dan semangati! Salah satu hambatan adalah orang tua yang kurang sabar juga selalu melihat progres anak lain.
  7. Perbanyak reward minimalkan punishment. Setelah hafal Al-Balad Adit minta lego hehehe... Keni dapat sepatu dan tas owl :D.
  8. Usahakan jangan sampai kosong, setiap hari selalu bersama qur'an meskipun hanya 15-30 menit. Tak perlu kaku waktunya, bisa saja diselingi waktu bermain anak.
  9. Ibu ikut hafalan bareng anak-anak :D maklum ibu baru insaf. Kadang anak-anak yang mbetulin hafalan Ibu, dan mereka malah senang bisa membantu Ibu menghafal :D
  10. Untuk memulai hafalan Adit dan Keni biasanya bergantian baca 1 ayat masing-masing (Qur'an terbuka). Setelah itu menyimak dari MP3 surat yang sama. Perlahan-lahan hafalannya meresap, karena anak-anak pada dasarnya seperti spons. Buktinya iklan saja gampang hafal :)) nah iklannya kita ganti MP3 surat-surat pendek. Setelah lumayan hafal dibaca saat sholat. Biasanya anak lebih cepat hafal kalau saat berjamaah dengan orang tua atau di masjid dibacakan surat yang sedang dihafalkannya.
Jangan lupa selalu berdoa dan mohon pertolongan Allah dalam membimbing anak-anak, bisa jadi ada masa sangat sulit membimbing anak-anak. Dr. Sarmini pun pernah mengalami kesulitan karena tipe tiap anak berbeda-beda, beliau bangun malam dan selalu mohon agar diberi kemudahan.


Ternyata beberapa catatan yang diberikan Dr. Sarmini prinsipnya sama dengan pembelajaran ramah anak :
  • Tidak ada anak yang bodoh, yang ada orang tua tidak pas mengajarkannya. Anak tersebut belum berhasil karena tidak menemukan guru yang tepat.
  • Setiap anak unik jadi cari metode yang sesuai.
  • Sertakan anak dalam membuat peraga
  • Beri kejutan-kejutan saat anak mencapai keberhasilan sekecil apapun.
  • Minimalisir hal-hal yang akan mengganggu hafalan anak.

Terima kasih Dr. Sarmini untuk buku dan sharingnya. Barakallah :)



Membuat Album Lego ala Adit

Pada awalnya Ibu kesulitan memberikan kegiatan untuk adit (saat usia 5th) yang dapat menstimulir motorik halusnya. Hampir semua tools Ibu coba mulai playdogh, gunting tempel kertas, kolase, crayon dll tapi adit tidak tertarik. Akhirnya adit menemukan tool yang "klik" di hatinya. Dan hasilnya tak disangka, ia membuat kreasi yang beragam dan tak satupun yang diulang. Karya Adit sangat banyak, dan setiap kali selesai membuat satu Adit akan bercerita mengenai fitur-fitur yang dipunyai oleh si pesawat atau mobil tersebut, Adit bisa menceritakan secara detail apakah mobil tersebut punya knalpot 4, alat tembak untuk perang, atau mesin untuk mengangkat pesawat tersebut naik yang terletak tersembunyi, kemudinya ada di mana dll. Dan setiap desain baru pastilah berbeda juga fiturnya. 

Kalau Ibu bisa mengapresiasi gambar Keni, Ibu juga harus bisa mengapresiasi karya desain Lego Adit. Meskipun Ibu ngga terlalu paham mesin tetap berusaha manggut-manggut setiap Adit cerita dan memancing dengan bertanya. Adit akan sangat besemangat bercerita tentang mesin torak, mesin 4 tak, bahan bakarnya apa dll.

Nah, karena saking banyaknya karya Lego yang dibuat dan setelahnya selalu dibongkar akhirnya terpikirlah untuk membuat sebuah album. Album ini juga bisa digunakan untuk melihat seberapa banyak modifikasi yang Adit bisa lakukan, dan melihat progress imajinasinya.

Cara membuat Album Lego:

1. Setiap Adit membuat satu karya selalu Ibu foto menggunakan HP.
2. Kategorikan foto lego yang bertema sama, misalkan robot, pesawat, mobil balap, roket dll.
3. Buka software powerpoint.
4. Masukkan setiap foto, urutkan bedasar kategori.
5. Buat divider per kategori.
6. Buat Cover yang menarik.
7. Buat juga profil anak pada bagian akhir album
8. Save atau convert ke PDF, print dan jilid.
9. Album Lego siap mengisi perpustakaan pribadi anak.

Anak senang, Ibu apalagi :D

Setiap anak memiliki bakat terpendam yang adalah tugas kita orang tua harus menggali dan menemukannya, menghargai dan memberinya kesempatan untuk berkembang. Mungkin kita melihat karya anak sebagai sesuatu yang sepele namun percaya deh buat anak penghargaan kita jauh lebih penting dari apapun.

Setiap anak itu istimewa. InsyaAllah. 

Untuk melihat karya adit yang lain 







Salam
Ibu adit dan Keni
#ibuaditdankeni





Membuat Picbook ala Keni

Keni  hobby sekali menggambar, dan semua gambarnya berserakan dimana-mana. Mau dibuang sayang, tapi mau disimpan pening karena banyak banget. 

Dulu saya bersikap biasa saja dengan gambar-gambar Keni (hanya saya kumpulkan dalam map), hingga akhirnya saya melihat keunikan dari gambar Keni dan terpikir membuatnya menjadi cerita bergambar alias picbook. Awalnya Keni menggambar secara terpisah-pisah yang menghabiskan banyak sekali kertas, lama kelamaan Keni mulai bisa menggambar 1 cerita utuh dalam satu buah buku gambar. 

Caranya:
  1. Kumpulkan gambar yang bertema sama, misalkan bertema serangga. 
  2. Scan semua gambar‐gambarnya
  3. Buka software untuk melayout, paling mudah menggunakan powerpoint.
  4. Masukkan masing‐masing gambar, atur gelap terang dan kontrasnya.
  5. Ajak si kecil untuk memberi cerita sederhana pada masing‐masing gambar. 
  6. Beri text pada masing‐masing gambar sesuai dengan gambarnya. Awalnya saya yang membantu membuat cerita untuk 1 tema, lama-lama Keni bisa membuat cerita sendiri.
  7. Jangan lupa buat cover yang menarik. Saya biasa membuat menggunakan PPT dan memakai free downloadable texture paper agar lebih variatif.
  8. Export  atau save sebagai pdf.
  9. Print semua gambar dan cover, kemudian Jilid rapi. Biasanya 1 tema 1 buku
  10. Buku cerita bergambar siap mengisi perpustakaan pribadi anak.
Anak senang, Ibu apalagi :D

Dengan membukukan semua coretan Keni, Keni lebih semangat menggambar karena ia tahu bisa menghasilkan "sesuatu".

Selain itu, Keni jadi tahu bahwa Ibu menghargai semua yang menurut orang lain hanya sekedar corat-coret Keni.

contoh picbook yang sudah jadi bisa dilihat di 



#Ibuaditdankeni







Memetakan Minat Bakat Anak ala Adit dan Keni

Sudah kami duga Adit lebih menonjol di aspek Linguistik, Logis Matematis dan Intrapersonal, sedangkan Keni Naturalis-Visual Spasial. Adit banget, Keni banget deh :D

Kami baru kenal istilah MIR atau multiple intelligences research setelah membaca buku dan juga mengikuti beberapa seminar parenting. Saya dan suami mencoba untuk memetakan sendiri. Sebaiknya memang orang tua saja yg mengobservasi karena orang tua yang paling kenal anak-anaknya dalam keseharian.

MIR bukan test tapi berbasis observasi (ini sejauh yang saya pahami). Jadi kami mulai dengan mengamati "every single little things" yang krucil lakukan dan sukai. 

Langkahnya simple saja:

  1. Yang pertama kami lakukan adalah mengurangi/menghentikan TV sehingga bisa dilihat apa yang mereka cari dan kemudian lakukan saat tidak menonton. Karena menonton TV itu menurut kami menyedot fokus perhatian anak (pada umumnya betah berjam-jam nonton TV). Nah anak-anak tanpa TV otomatis harus mencari keseruan lain. Ternyata masing-masing anak langsung mencari kesibukan yang berbeda. *Menurut Ust. Yusuf (Penulis Buku Menebar Benih Karakter) jika mereka bertengkar pun saat tidak nonton TV itu sebenarnya mereka sedang belajar memanage konflik, karena biasanya orang tua memilih TV supaya anaknya anteng hehehehe...
  2. Anak punya pembawaan masing-masing. Meski kembar dari bayi cenger, krucil ini beda bangets. Meski sama-sama suka buku, tapi terlihat sekali bacaan yang menarik untuk Keni belum tentu menarik untuk Adit. Adit suka sekali membaca tentang gejala alam, robot, dinosaurus, mesin, fakta-fakta unik, cerita nabi dan hadist. Keni suka membaca tentang binatang, prakarya. Nah, hal-hal kecil begini perlu dicatat.
  3. Catat juga hal-hal yang konsisten anak-anak lakukan, jangan dianggap remeh. Misalkan Keni hobby sekali menghabiskan kertas, gambar sedikit ganti kertas, gambar lagi ganti lagi. Bisa banyak sekali yang dia ambil. Keni terlihat asyik kalau sedang menggambar, konsisten sekali. Adit tidak. Adit suka sekali bertanya tentang istilah dan kosakata yang aneh, dan tidak gampang puas dengan jawaban. Keni tidak.
  4. Paparkan terhadap hal yang sama mereka akan memberi respon berbeda. Kenapa saya tahu Keni naturalis sejati :D Keni tidak pernah menolak berhujan-hujan dan main lumpur, sedangkan Adit selalu bilang basah dan kotor. Keni hampir memegang Ular Boa di Jatim Park, betah berlama-lama di bagian hewan-hewan yang kita anggap menjijikan dan seram (padahal adit sudah minta pulang hehehe...). Dia juga gemar mencari ulat, belalang, jengkerik dll. Sebaliknya, Adit senang sekali percobaan ilmiah contohnya roket meledak, tapi Keni takut dengar ledakannya. Ini juga bisa dijadikan catatan.
  5. Kalau bingung apa yang harus diamati, sebenarnya banyak sekali website yang menyediakan ceklist kecerdasan majemuk, juga multiple intelligences, atau bisa search temu talenta/bakat. Di sana bisa dilihat cek list observasinya. 
  6. MI dapat digunakan untuk mengetahui gaya belajar anak. Sebagai contoh Adit walaupun cerdas Logis Matematis tidak suka mengerjakan soal matematika secara standar, ia lebih suka jika ditantang "Ayo Adit sekarang jadi detektif, coba pecahkan kasus ini!". Dengan begitu Adit lebih sigap, apalagi kalau diberi kaca pembesar seperti layaknya detektif.
  7. Selain gaya belajar, kita juga bisa tahu kegiatan kreatif dan permainan apa yang sebaiknya dilakukan.
  8. Bisa jadi anak melakukan/menyukai sesuatu karena ikut-ikutan teman, (sedang ngetren di kalangan temannya). Makanya perlu diamati mana yang secara konsisten ia lakukan. Paparkan dan kenalkan lebih banyak kegiatan dan permainan, catat responnya.
  9. Biasanya kecenderungan kecerdasan anak itu bisa diclusterkan atau dikelompokkan. Anak yang suka main bola contohnya kemungkinan cerdas kinestetis dan cerdas natural. Dan biasanya anak yang suka sains jarang suka main bola (ini menurut pengamatan saya ya).
Dengan observasi ini kami juga jadi lebih mudah memahami perilaku dan kebutuhan krucils. Yang jelas everybody jadi happy. Bisa jadi anak ngga kooperatip karena ngga sesuai dengan moodnya, dan biasanya ibu jadi garuk-garuk kepala :))





-Ibuk Adit dan Keni-

#ibuaditdankeni


Tips mengurangi "kecanduan" TV ala Adit dan Keni

-Tips mengurangi "kecanduan" TV ala Adit dan Keni- 
(*ini pilihan masing-masing keluarga yaaa... kami hanya membagi pengalaman bagi yang ingin mengurangi TV)

Saat masih balita Adit dan Keni senang nonton CD Baby Brainy, Postman Pat, Elmo. Sekarang mereka sudah usia 6th, porsi nonton TV jauh berkurang hingga hanya 1-2 jam saja sehari atau bahkan bisa seharian tanpa TV. Trus ngapain donk kalau ngga nonton TV? Bosen kan kalau ngga nonton TV, Kita kan perlu juga nonton TV, masa mau 24 jam tanpa TV?

Notes : 
* Kami tidak anti TV :D, kami juga tidak berusaha mempertentangkan pro TV atau kotra TV. 
* Untuk keluarga yang sudah menerapkan aturan main dengan pembatasan waktu, acara dan juga bimbingan orang tua itu sudah sangat bagus.
* Sharing ini berdasar pengalaman kami dan oleh karena banyak yang bertanya bagaimana cara melepaskan diri dari TV maka sharing ini dibuat.
* TV bisa jadi pisau bermata dua, so be wise :) 

Bagi anak-anak, mereka sebetulnya ngga terlalu perlu TV yang penting buat mereka adalah keseruan dan keriangan. Mengutip kata mb Sari, anak-anak sebetulnya tidak butuh TV, mereka butuh kita :)

Nah, mungkin bagi teman-teman yang ingin mulai mengurangi TV, share ini bisa dipertimbangkan:
1. Kami sengaja tidak pakai/tidak berlangganan TV kabel. Di rumah juga tidak ada tab atau sejenisnya. 
2. Antena kami tidak tepat, sehingga gambar yang dihasilkan agak burem lama-lama mereka malas nonton
3. TV kami agak rusak (jadul), warnanya kurang bagus dan kami tidak berusaha beli yang baru. Lama-lama anak-anak ngga tertarik.
4. Kami gantikan acara menonton TV dengan kegiatan lain yang seru, misalkan main ular tangga, bercerita di white board, membuat cerita bergambar, performance di depan keluarga, main di luar rumah dll.
5. Kami buat perpustakaan mini di rumah, kami traktir anak-anak untuk membeli buku jauh  lebih banyak daripada porsi membeli mainan, CD, baju dll.
6. Bapak Ibu memang ngga hobby nonton TV, karena kami merasa menonton TV itu kurang produktif jadinya.
7. Bapak Ibu selalu meluangkan waktu untuk menemani anak-anak berkegiatan seru.
8. Jika mereka ingin tahu sesuatu kami lebih memilih untuk menonton bersama di youtube dan membahasnya (Adit demen video tentang mesin, Keni suka hal-hal tentang binatang), jarang mereka ditinggal sendirian.
9. Kami yakin anak-anak tidak akan menuntut sesuatu yang memang tidak disodorkan ke mereka. Anak-anak memiliki daya adaptasi yang baik.
10. Awalnya kami menerapkan aturan main nonton TV dengan menyepakati jam-jam menonton yakni sore hari (jam 4-5.30 atau setelah isya) serta acara apa yang ditonton. Begitu Adzan magrib TV dimatikan. Namun sekarang, mereka hampir tidak pernah (jarang) merengek minta nonton. Bahkan seringkali mereka mematikan sendiri tanpa disuruh jika tayangannya tidak sesuai.
11. Yang penting komitmen bersama :)
12. Jangan lupa, mendampingi anak-anak saat menonton TV, karena bisa jadi acaranya OK (acara anak-anak) namun iklannya yang NGGA OK, dan sering kali iklan ngga OK ini disiarkan pada jam acara anak-anak.
Sedikit tambahan, kita tidak bisa menemani dan mengawasi anak 24 jam. Adakalanya anak-anak tak sengaja nonton TV di rumah eyang, saudara atau teman. Nah untuk urusan yang satu ini bapak paling jago, Bapak biasanya jadi juru bicara untuk masalah kenapa sih dibatasi, apa yang bikin tidak boleh. Bapak biasanya mengajak anak-anak ngobrol ringan dengan bahasa yang mudah diterima krucil.

Dan ternyata krucil jadi jauh lebih kreatif tanpa TV... yeayyy!!


Salam 

Ibu Keni dan Adit

#ibuaditdankeni

you might also like these stories

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...