HOMESCHOOLER Mom

Foto saya
a mom of homeschool twinnies (boy and girl), an ex architect, a lecturer, a crafter, and a children book's author and illustrator. loves drawing, crafting, illustrating, making pretty things..

Hi there...

Thanks so much for taking time out of your day to stop by my little space! i am happy to share my daily activities (homeschooling, green living, writing, ilustrating & crafting) and hope you enjoy it...

-Dini-

dkwardhani@yahoo.com



Minggu, 24 Mei 2015

Ekskursi Glintung Kampung Hijau


Can we live a sustainable life in the city? (part 1)

Saat menulis KumCer Sahabat Bumi, Saya dan Mb Watiek Ideo melakukan ekskursi ke Kampung Hijaun Glintung Go Green - 3G tepatnya RW 23 Kel. Purwantoro Kec. Blimbing, Kota Malang. bersama anak-anak Rumah Baca Lintang. Menelusuri semua sudut kampung ini seolah membantah anggapan bahwa kampung padat penduduk tidak mungkin bisa menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan, persis dengan ide kami yang kami tuangkan dalam KumCer SAHABAT BUMI.

Terus terang, saya sedikit speechless saat melihat di depan mata, sekelompok warga kampung yang sangat solid dan kompak ini bisa mencapai tujuan bersama mereka yakni menjadi kampung hijau yang tak sekedar hijau saat lomba saja. Hijau sudah menjadi keseharian mereka di sini. Di kampung lain sering ada pemandangan seperti ini namun hanya terjadi setahun sekali yakni saat penjurian lomba kampung hijau yang diadakan Dinas Kebersihan dan Pertamanan, dan selesai begitu jurinya pulang grin emotikon
Kita bisa menemukan mungkin ratusan pot yang berjajar menjadi taman gantung, puluhan lubang biopori di antara jalan paving dan semen, pun juga aquaponik, kebun bibit, bank sampah, dan bahkan mereka sedang membuat mikrohidro dari sungai kecil yang membelah kampung ini. Mereka juga membagi divisi-divisi di dalam kampungnya untuk menangani setiap fitur hijau yang ada. MasyaAllah ^^b













Ternyata peduli dan hidup secara bertanggung jawab itu tidak berkorelasi dengan strata, usia, warna kulit, pendapatan dan lain sebagainya. Kepedulian dan tanggung jawab letaknya jauh lebih dalam daripada itu semua, letaknya ada dalam rasa. Rasa sayang kepada anak cucu kitalah yang akan membawa kita berfikir dan bergerak untuk memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan anak cucu kita nantinya.
Source:
Watiek Ideo
Indah Faruk

-Keranjang TAKAKURA dan panen KOMPOS-

(can we live sustainability life in the city?)
Saya suka sekali dengan keranjang takakura kreasi mb Kristien Yuliarti dari Omah Hijau... betul-betul ringkes, simple ga pake ribet ^^b Benar-benar salah satu solusi yang bisa digunakan untuk hidup lebih bertanggung terhadap semua sampah organik yang kita hasilkan.
Metode kompos takakura pertamakali diperkenalkan di Surabaya pada tahun 2004 oleh seorang Jepang bernama Mr. Takakura. Waktu itu, beliau mencoba mencari solusi terhadap penumpukan sampah organik di kota itu. Sehingga muncul ide untuk mendaur ulang sebagian sampah rumah tangga sejak di dapur. Maka, dirancanglah sebuah metode pembuatan kompos yang bisa dilakukan di dapur. Syaratnya harus higienis tidak berbau dan tidak jorok (http://alamtani.com/pupuk-kompos-takakura.html)
Keranjang Takakura merupakan alat pengomposan skala rumah tangga yang ditemukan Pusdakota bersama Pemerintah Kota Surabaya, Kitakyusu International Techno-cooperative Association, dan Pemerintahan Kitakyusu Jepang pada tahun 2005. Keranjang ini dirakit dari bahan-bahan sederhana di sekitar kita yang mampu mempercepat proses pembuatan kompos. (http://keranjangtakakura.blogspot.com/)


Yang menyenangkan dari Takakura kreasi Omah Hijau ini adalah :
1. Karena menyiapkan starter mikroorganisme sudah disiapkan Mb Kristien, saya tinggal mengoperasikannya saja.

2. Takakura kreasi omah hijau tidak menggunakan penutup bantalan sekam dan kain, sehingga tidak ribet. Kain hitam hanya diperlukan jika takakura ditempatkan di tempat yang banyak terkena sinar matahari.
3. Takakura kreasi omah hijau bisa dipesan tanpa keranjang (hanya berupa starter dan dus) untuk yang lokasinya jauh jadi bisa dikirim via kurir.
4. Kalau ada yang kurang jelas mb Kristien siap menjelaskan dengan sabar 
grin emotikon
5. Karena kompos yang dihasikan kompos kering, maka dapur tetap bersih tidak jorok, bahkan baunya segar.


Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menempatkan Takakura:
1. Taruh di tempat kering dan terhindar dari sinar matahari langsung, kalau perlu di dalam dapur.

2. Jangan sampai kena hujan. Ini yang membuat Takakura pertama saya gagal, karena saya tempatkan di teras dan terkena tampias hujan.
3. Tutup keranjang rapat-rapat agar serangga dan lalat tidak masuk. Keranjang tidak usah diisi langsung penuh, masukkan sampah organik seadanya. Lakukan secara rutin setiap hari sampai keranjang penuh. Sampah yang baru dimasukkan akan difermentasi dalam 1-2 hari.
4. Semakin rajin mencacah dalam ukuran kecil, hasil kompos semakin OK.


Ternyata kompos yang bakal jadi itu punya ciri :
1. Tidak bau, justru baunya segar (bau sayur atau buah).

2. Medianya hangat kalau dipegang,
3. Terlihat serat-serat putih,
4. Tidak basah tapi lembab (kalau kelihatan agak kering segera masukkan buah-buahan matang).

Cara panen kompos:
1. Apabila keranjang sudah penuh, kira-kira 90% sudah terisi, ambil duapertiganya.

2. Butuh waktu sekitar 30 harian kompos sudah siap untuk dipergunakan.
3. Jika akan panen, biarkan Takakura puasa dulu 3-4 hari jangan diisi.
4. Angin-anginkan hasil panen untuk mematikan mikroorganisme pengurai. Tidak perlu dijemur .
5. Kompos yang dihasilkan kering tidak terdapat cairan.
6. Kompos takakura sudah terbentuk sempurna apabila teksturnya sudah seperti tanah, warna coklat kehitaman, tidak berbau.
Supaya jadi kompos harus diingat JANGAN memasukkan sampah organik dalam keadaan basah, keringkan kecuali buah2an berair.


Ini sampah organik yang bisa dimasukkan dalam keranjang takakura (info dari Mb Kristien):
1. Daun kering atau bunga yg sudah layu

2. Sisa sayuran kering dan kulit buah. Kulit nangka dan durian akan mengharumkan kompos lho...cepat juga terurainya
3. Sisa sayuran basah (masakan matang). Kalau ada kuahnya, ditiriskan dulu yaaa.
4. Sisa nasi, tapi jangan sampai nasi yang basi yaaa.
5. Sisa lauk, tempe goreng, oseng2, telor balado, dan sejenisnya. Bisa kok dimasukkan langsung dalam keranjang takakura.
6. Jajan pasar yang sudah tidak termakan, apapun jenisnya, boleh dimasukkan.
7. Cangkang telor.
8. Daging ikan, ayam, sapi, tapi dengan irisan yang kecil ya. Tulang berukuran kecil juga boleh dimasukkan ke takakura.
Banyak kan yang bisa kita olah menjadi kompos. Dan pastinya tempat sampah kita pun jadi lebih bersih. Cara kerja kompos ini amat menakjubkan, MasyaAllah! Sebulan diisi tidak penuh juga lho. Artinya si mikroorganisme yang ada didalamnya lahap sekali ya? Dan saya takjub dengan perubahan dari apapun yang terbuang dan tidak berguna di dapur berubah menjadi sesuatu yang hitam, berbutir-butir, dengan tekstur mirip tanah (seperti di foto).
Buat saya pribadi, ini solusi yang saya cari. Semoga teman-teman yang lain juga mulai memikirkan untuk bertanggungjawab terhadap sampah basah/sampah dapur yang kita produksi setiap haril. Tempat Pembuangan Akhir Sampah kita kapasitasnya terbatas, dan kita juga jijik kan melihat timbunan sampahnya?


Alhamdulillah saya sudah 2x panen lho :D sekarang lagi mencoba menanam sayur-mayur organik sendiri 

We do something, because we care. Sustainability start from home!

Me on Republika "Gaya Hidup Ramah Lingkungan"

-Koran Republika, edisi 14 April 2015-

Saya yakin banyak perempuan yang lebih layak tampil di sini, seperti dua tokoh yang banyak menginspirasi saya untuk hidup lebih bertanggung jawab terhadap pengetahuan yang kita punya, apa yang kita konsumsi, apa saja yang kita hasilkan dan buang, juga jejak ekologis individual kita masing-masing.Saya tahu apa yang saya lakukan belum seberapa, tapi saya akan tetap berusaha. Terima kasih mb Deasi Srihandi dan mb Kristien Yuliarti, seneng bisa ada di lembar ini bersama-sama 
Semoga yang sedikit ini ada manfaatnya... yuk, dimulai dari rumah sendiri, dan dari hal yang sederhana. Mumpung masih diberi kesehatan dan kesempatan oleh Allah SWT.
http://www.republika.co.id/berita/koran/leasure/15/04/14/nmsjsf30-gaya-hidup-ramah-lingkungan


PS : terima kasih juga untuk liputannya mb Ria Ribiy
— bersama Deasi Srihandi dan Kristien Yuliarti.




Antara Green Smoothies, Belajar Berkebun & Takakura


Alhamdulillah, ada kebiasan baru di rumah kami. Ya, setelah mengenal Green Smoothies, kami sekeluarga keranjingan mengkonsumsinya kiki emotikon
Ternyata green smoothies tidak semengerikan penampakannya grin emotikon

Ternyata juga, antara green smoothies, berkebun dan takakura terjalin sebuah siklus yang unik dan asik. Setiap saya mau membuat green smoothies selalu butuh sayur-mayur organik, daripada beli yang harganya cukup menguras kocek, saya pun memilih berkebun sendiri untuk bisa memetik berbagai hijauan yang ada di pekarangan rumah.

Green smoothies membuat saya belajar bercucok taman sayur mayur di lahan yang ada, dengan pengetahuan yang seadanya (termasuk istilah-istilah asing yang belum pernah dengar sebelumnya) dan modal nekad sedikit memanfaat tanah sisa galian biopori, sekam dan serbuk gergaji sisa pembuatan pergola, ditambah... ehm... (ini yang membuat agak bangga dikit :D) kompos hasil panenan takakura (perbandingan tanah : sekam/serbuk gergaji : kompos = 1:1:1), horeee... Alhamdulillah jadi.
Nah setiap kali membuat green smoothies, selalu saja ada sampah sisa-sisa kulit buah dan batang sayur yang jumlahnya cukup banyak. Sampah ini kemudian saya cacah dan masuk kedalam kerajang takakura di sudut dapur. Jika sudah penuh, maka bisa dipanen dan digunakan sebagai pupuk alami untuk semua tanaman sayur hijau yang saya tanam. Semua terjadi atas izin Allah. Bisa mengkonsumsi makanan sehat, mengurangi dan mengelola sampah, segar dipandang, juga menambah asupan oksigen di pekarangan. Menyenangkan bukan?


Alhamdulillah, Allah menyediakan mekanisme dan siklus yang unik untuk kita bisa berkolaborasi dengan alam. Sehat, hemat dan bahagia 
grin emotikon



Saya sertakan juga formula green smoothies yang sangat yummy untuk dikonsumsi ^^ semoga bermanfaat ya

http://simplegreensmoothies.com/green-smoothie-101




Belajar Berkebun Sayur

Setelah ekskursi ke Glintung Go Green - 3G , juga melihat postingan mbKristien Yuliarti yang tiap hari panen sayur di Omah Hijau, dan gara-gara mb Diyah Rahmawati Wicaksana Ningtyas yang di rumahnya selalu tersedia sayur organik jadi ketularan juga bercucok tanem 

Aslinya masih pemula banget, wong ndak pernah megang cetok dan tanah selama ini grin emotikon Berbekal sedikit nasehat dari mb Diyah, kompos hasil takakura kreasi Omah Hijau, plus limpahan biji-biji sayur mayur pemberian kawan-kawan ini ditambah taburan bumbu nekad, mulailah saya terjun bebas membuat sendiri kebun sayur sederhana ini.

Alhamdulillah jadi banyak belajar, antara lain belajar bersabar menyemai biji sayur dan merawat sampai tumbuh, belajar mengatasi hama, juga belajar berdamai dengan para cacing dan serangga, belajar menyapa dan menyayangi pada dedaunan hijau dan belajar mengenali kebutuhan setiap jenis tanaman yang ada.





Tapi memang betul kata teman-teman yang demen berkebun, rasanya hepiii beraaat saat bisa memetik hasil kebun sendiri yang insyaAllah aman dan terjamin bebas pestisida ini. Minum green smoothies dengan sayur hasil kebun sendiri rasanya kok jadi beda ya? lebih seger dan renyah (apa perasaan saya aja :D)
“Tidaklah seorang muslim menanam pohon, tidak pula menanam tanaman kemudian pohon/ tanaman tersebut dimakan oleh burung, manusia atau binatang melainkan menjadi sedekah baginya.” (HR. Imam Bukhari hadits no.2321)
Kalau ada yang mau bagi-bagi biji dengan senang hati saya terima 



you might also like these stories

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...