HOMESCHOOLER Mom

Foto saya
a mom of homeschool twinnies (boy and girl), an ex architect, a lecturer, a crafter, and a children book's author and illustrator. loves drawing, crafting, illustrating, making pretty things..

Hi there...

Thanks so much for taking time out of your day to stop by my little space! i am happy to share my daily activities (homeschooling, green living, writing, ilustrating & crafting) and hope you enjoy it...

-Dini-

dkwardhani@yahoo.com



Selasa, 07 Juli 2015

Homeschooling, we are coming...

Well, 
We are homeschooling this Ramadhan 1436H. Alhamdulillah.
Yups, it is a huge and bold decisions we made, indeed.

Kenapa?
Ada banyak alasan lain, sebagian kami temukan juga di sini. Tentu juga ada alasan-alasan spesifik lain antara lain penerapan kurikulum yang tidak sesuai bagi jenjang pemahaman anak, terutama tuntutan pengerjaan LKS yang sangat sulit untuk level usia kelas 1 SD. Pendidikan formal yang terjadi justru melumpuhkan sifat pembelajar sejati anak.

Komik Raksasa Karya Keni (7th)

Robot Visilife Karya Radit (7th)

Hmm… ini pertanyaan yang tidak mudah dijawab. Tapi saya berusaha menuliskannya di sini agar saya selalu kembali lagi pada apa yang menjadi motivasi kami dan pertimbangan kami saat memutuskan ini.

Jika diceritakan pastinya akan panjang sekali tapi intinya adalah kami ingin anak-anak mencintai ilmu, dan bisa mengamalkannya, bukan hanya di atas kertas dan bukan demi nilai ataupun ranking. Kami ingin anak-anak terus bisa mengembangkan diri, karena belajar itu menyenangkan. Belajar bisa dimana saja, kapan saja dan bersama siapa saja.

Anak-anak sudah pernah mencicipi pendidikan formal, dan kami pun sudah merasakan dan mengevaluasi hasilnya. Saatnya kami mencicipi pendidikan informal, dan bersenang-senang dalam menjalaninya. Meski kami baru akan mencobanya dalam satu tahun kedepan dan mengevaluasinya kembali. Let the journey begin
Yang jelas, pendidikan utama adalah tanggung jawab orang tua. Dan kami memutuskan untuk ikut bertanggung jawab terhadap hal ini sebelum menemukan partner yang seiring sejalan dengan kami (sekolah). Kami ingin terlibat langsung dalam mendampingi anak-anak, juga semoga menjadi ladang ibadah bagi kami.
Saya menemukan beberapa kutipan yang inspiratif dari Buku Mas Bukik "Anak Bukan Kertas Kosong" yang saya dapatkan langsung dari beliau untuk saya review.


Pendidikan adalah Tanggung Jawab Orang Tua

Keluarga adalah pusat pendidikan. Orangtua mungkin bisa mendelegasikan pengajaran pada kaum ahli, tetapi pendidikan anak tetaplah menjadi tanggung jawab orangtua. Peran orangtua tidak tergantikan oleh sekolah, lembaga pendidikan, ataupun lembaga bakat.

“Pokoknya pendidikan harus terletak di dalam pangkuan ibu bapa, karena hanya dua orang inilah yang dapat menaruh perhatian pada sang anak dengan semurni-murninya dan se-ikhlas-ikhlasnya, sebab cinta kasihnya kepada anak-anaknya boleh dibilang cinta kasih tak terbatas.” (Ki Hadjar Dewantara - Pendidikan, halaman 382)

Setiap Anak adalah Pembelajar Sejati

"...Kemerdekaan hendaknya dikenakan terhadap caranya anak-anak berpikir, yaitu jangan selalu dipelopori atau disuruh mengakui buah pikiran orang lain, tetapi biasakanlah anak-anak mencari sendiri segala pengetahuan dengan menggunakan pikirannya sendiri." (Ki Hadjar Dewantara - Peringatan Taman Siswa 30 Tahun, 1922-1952)

Pendidikan itu bukanlah menanamkan saja, melainkan juga menumbuhkan. Pendidikan bukanlah mengubah ragam keistimewaan anak menjadi seragam, melainkan menstimulasi anak menjadi dirinya sendiri sesuai fitrahnya.

Setiap Anak Memiliki Keistimewaan Tersendiri

Alasan lainnya adalah Si Kembar sudah terlihat minat dan bakatnya. Setiap anak memiliki kodratnya (takdirnya) sendiri yang merupakan ciptaan terbaik Allah SWT. Kami bisa melihat apa yang menjadi bakat dan minat Radit, juga apa yang menjadi bakat dan minat Keni sejak usia mereka masih 4-5th. Kami, berharap dengan basis pendidikan rumah yang kuat anak-anak akan mampu menjadi individu pembelajar hingga akhir hayat. 


orang tua harus mengetahui bahwa anak-anak kita memiliki karakteristik unik. Dalam satu keluarga boleh jadi antara anak yang satu dengan yang lainnya berbeda karakternya. Namun satu hal yang pasti adalah anak-anak kita berada diatas fithrohnya dan tugas para orangtua menjaga anak-anak agar senantiasa berada diatas fithrohnya. Mereka ini ibarat gelas kosong yang siap diisi apa saja dan para orangtualah yang mengisi gelas kosong tersebut. Maka nasehat kami perhatikanlah karakter dasar anak-anak kita dan bekali serta isi anak-anak kita dengan pendidikan yang memungkinkan mereka untuk senantiasa berada diatas fithrohnya. Al Qur’an dan As Sunnah akan membuat anak-anak kita senantiasa berada di atas fithrohnya. 

ini adalah catatan penting kami bahwa orang tua patut menyadari anak membawa potensinya masing-masing sehingga anak diibaratkan bukanlah kertas kosong, namun juga anak lahir dalam keadaan fitrah yang baik (akidah yang lurus, kecerdasan yang murni, hati yang bening, pikiran yang jernih) sehingga diibaratkan sebagai kertas putih yang patut dijaga fitrahnya. Anak juga diibaratkan gelas kosong yang siap diisi, ada pula yang mengibaratkan anak seperti spons yang siap menyerap segala stimulus yang ada di sekitarnya. Perumpamaan ini semua merupakan masukan bagi kita agar senantiasa berhati-hati dalam mengambil langkah mendidik dan mendampingi anak-anak kita.

Mendidik anak memang perlu banyak persiapan dan pengorbanan, namun pahalanya pun besar dan akan senantiasa mengalir walaupun kita sudah meninggal dunia jika anak kita menjadi anak-anak yang sholih. Mudah-mudahan kita semua diberi kekuatan untuk mencetak anak sholih dan sholihah. Namun satu hal yang pasti adalah anak-anak kita lahir diatas fithrohnya dan tugas para orangtua menjaga anak-anak agar senantiasa berada diatas fithrohnya. (http://www.sunnihomeschooling.com/2014/03/12/bingkisan-bagi-peminat-sekolahrumah/)




you might also like these stories

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...