HOMESCHOOLER Mom

Foto saya
a mom of homeschool twinnies (boy and girl), an ex architect, a lecturer, a crafter, and a children book's author and illustrator. loves drawing, crafting, illustrating, making pretty things..

Hi there...

Thanks so much for taking time out of your day to stop by my little space! i am happy to share my daily activities (homeschooling, green living, writing, ilustrating & crafting) and hope you enjoy it...

-Dini-

dkwardhani@yahoo.com



Minggu, 20 Maret 2016

HS for Working Mom (part 1) Menguatkan Niat

-MENGUATKAN NIAT-

Saya seorang ibu bekerja dengan 2 anak yang saat ini menjalani Home Schooling. Sehari-hari saya adalah PNS Dosen di sebuah PTN di Malang, dan di waktu luang saya menulis dan mengilustrasikan buku cerita anak. Suami saya bekerja di luar kota, tapi setiap hari pulang karena komitmen tidak ingin berjauhan dengan keluarga. Saya sering sekali mendapat curhatan teman-teman
  •         Pengen sih pengen HS, tapi aku kan ibu bekerja
  •         Gimana HS bisa jalan kalau ortunya pada kerja?
  •         Ngatur waktunya gimana?
  •         Kurikulumnya gimana?
  •         Bagaimana HS efektif pada orangtua yang keduanya bekerja?

Yah, memang dilematis ya kalau orang tua keduanya bekerja tapi ingin menjalankan HS pastilah maju mundur cantik. Awal yang harus kita lakukan adalah mengenali pilihan hidup yang kita jalani dalam keluarga inti. Suami dan istri berbagi visi dan duduk bersama membicarakan apa sih yang kita inginkan dari masa anak-anak kita? Berikut ini adalah daftar perenungan yang mungkin bisa bermanfaat dalam merumuskan visi misi keluarga. Saya mendapatkan ini saat sharing dengan Mom Deasi Pedersen.

BAHAN PERENUNGAN SUAMI dan ISTRI
Mengapa kita perlu melakukan pendidikan rumah (diskusikan bersama antara suami/istri)
1. Apa saja keuntungan/kelebihan pendidikan rumah untuk keluarga?
• Spiritual
• Karakter
• Akademik
• Sosial
• Hubungan Keluarga
2. Apa saja kekurangan Home Education dan bagaimana kita bisa mengatasinya?
• Spiritual
• Karakter
• Akademik
• Sosial
• Keluarga
3. Generasi seperti apa yang kita inginkan?
• Mental
• Fisik
• Spiritual
• Sosial (dengan sesama)
4. Apakah tujuan utama kita mendidik anak-anak saat mereka baligh/mukkalaf?
5. Bagaimana kita dapat melakukan pendidikan berbasis rumah sebagai bentuk ibadah, penyembahan kepada Allah? dan juga memenuhi tujuan penciptaan kita sebagai manusia
Penting bagi pasangan untuk menyamakan visi misi keluarga, agar HS yang dijalankan sesuai koridor dan antara ayah dan ibu saling menguatkan. 

Sebelum Memulai HomeSchooling

Sebelum memulai HS, sebaiknya sekeluarga diskusi panjang lebar terlebih dahulu untuk menyamakan visi-misi keluarga. Paling tidak ada beberapa hal yang menjadi bahan diskusi:
  • Ingin terlibat dalam pendidikan anak-anak , yang semoga itu bernilai ibadah bagi orang tua mereka. Kami menyadari saat anak-anak masih di TK gurunya lah yang lebih banyak berperan mulai dari mengajarkan sholat, doa, dll.
  • Kurikulum yang ada di sekolah formal masih belum pas dengan apa yang menjadi cita-cita keluarga. Ya anak-anak sempat bersekolah formal selama 1 tahun dan 1 tahun itu cukup membuka mata kami mengenai kondisi dan sistem sekolah formal di negeri ini.
  • Kami mendambakan anak-anak bisa mempelajari hal-hal mendasar yang merupakan fardhu ain bagi setiap muslim dengan baik, juga tumbuh dengan karakter muslim.
  • Tidak kami pungkiri anak-anak memiliki pendekatan belajar yang berbeda, minat,motivasi dan gaya masing-masing. Sekolah tentu tidak bisa menaruh perhatian yang cukup detail untuk setiap anak secara optimal. 
  • Kami juga ingin agar anak-anak tergugah untuk mencintai pengetahuan dan kehidupan. Anak-anak yang seumur hidup mencintai proses belajar, yang belajar bukan demi imbalan pujian, gengsi, atau keuntungan materiil lainnya, melainkan terutama karena kegembiraan dalam belajar itu sendiri, akan tumbuh menjadi pribadi yang berwawasan luas penuh ide-ide besar dengan karakter luhur yang berangkat dari tertanamnya kebiasaan-kebiasaan baik...
Alasan tiap keluarga bisa sangat spesifik dan berbeda, bahkan bisa jadi tidak ada satu keluarga HS pun yang punya alasan yang sama dan itu sangat wajar.


Kami ingin melepaskan diri dari ketergantungan pada nilai, angka, transkrip dan sejenisnya, seolah-olah semua itu adalah ukuran paten kecerdasan atau jaminan kesuksesan. Apa gunanya lembar ijazah bertabur nilai-nilai menakjubkan jika setelah lulus pun anak tidak tahu bidang apa yang ia minati? Lebih penting memastikan bahwa anak menjadi pembelajar mandiri, seseorang yang memiliki persahabatan yang menyenangkan dan akrab dengan pengetahuan. Itulah jenis relasi yang akan memberinya kecintaan serta kegembiraan untuk terus belajar sepanjang hayat. 
-CINTA YANG BERPIKIR (Elen Kristi), hal. 67-

(Disclaimer: setiap keluarga adalah unik, apa yang pas dan cocok untuk 1 keluarga belum tentu cocok untuk keluarga lain. )

bersambung ke part 2 tentang keseharian HS 


1 komentar:

you might also like these stories

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...